Mengapa harus menghentak….
Dengan lisan yang kasar lagi tajam
Mengapa harus menghardik…
Mengapa harus mengusir
Menyingkirkan
Dan terus menyudutkan
Anak-anak belia yang senang berada di masjid
Mata mungil yang menatap ceria orang-orang yang tengah shalat
Mengapa harus menatap tajam….
Seolah tak senang dengan hadirnya
Bukankah Rasulullah…
Senantiasa bersikap santun pada siapapun
Bukankah ia senantiasa ramah
Lembut
Dan rendah hati pada siapapun
Bukankah Rasulullah…
Tetap bersikap santun pada si renta
Pada si muda
Dan senantiasa ramah pada si belia
Bukankah seorang anak kecil…
Pernah menggelayut manja di pundak Rasulullah
Saat ia tengah shalat
Dan Rasul tetap sayang pada si kecil
Dan Rasul tetap ramah pada si mungil
Dan bukankah pernah seorang Badwi…
Membuang air kecil di bagian masjid
Yang masih beralas butiran pasir yang membentang
Dan Rasul tetap santun pada sang Badwi
Memberi nasihat dengan lembut dan sabar
Lantas…
Untuk apa bersikap kasar lagi ketus
Menatap tajam dan tak senang
Untuk apa lagi berprasangka buruk
Mempertebal kerak dalam hati
Melegamkan noda hitam dalam qalbu
Tak ada yang bisa dibanggakan dari sikap kasar
Dan takkan pernah terpuji sikap angkuh lagi ketus
Yang hanya laiknya asap
Merasa diri tinggi mengangkasa
Padahal nilainya rendah lagi hina
Dan tetaplah bersikap santun
Pada siapapun
Pada yang tua
Yang muda
Dan pada si mungil sekalipun
Wallahu’alambishawab
Bogor, 06 Jan 08
Tinggalkan Balasan